“Gonta ganti presiden pun sama aja, toh tetap saja rakyat
miskin tertindas”
“presiden gk becus nih, gk mikir apa susanya rakyat kalo BBM
naik”
“tadinya saya pilih Jokowi, saya pikir beliau orangnya
sederhana, ngerti sama rakyat kecil, pasti tindakan kebijakannya dominan untuk
kesejahteraan rakyat kecil. Mana?? Yang ada malah BBM dinaikan, padahal baru
awal masa memegang jabatan”
Seperti itulah tanggapan para bapak-bakan dan ibu-ibu yang
saya temui dijalan. Saya bisa ngerti kalo yang ngomong beginian bapak-bapak dan
ibu-ibu, karena mereka gk mikir panjang, mereka berpatokan gimana sih caranya
biar rakyat kecil bisa hidup sejahtera, entah itu dengan cara apapun. Tapi
PARAHNYA nih,
yang saya liat di tivi, MAHASISWA DEMO BESAR-BESARAN, MERUSAK FASILITAS UMUM, KARENA MENOLAK KENAIKAN BBM. Apa ini disebut mahasiswa?? Mana pemikiran luas seorang mahasiswa.
yang saya liat di tivi, MAHASISWA DEMO BESAR-BESARAN, MERUSAK FASILITAS UMUM, KARENA MENOLAK KENAIKAN BBM. Apa ini disebut mahasiswa?? Mana pemikiran luas seorang mahasiswa.
Saya, sebelum saya jadi seorang mahasiswa, sampai saat ini
saya sudah mahasiswa, saya setuju-setuju saja kalo BBM naik ato lebih tepatnya
berhenti di subsidi oleh pemerintah. Malahan saya nyesel, kenapa nanti sekarang
BBM di stop subsidinya?? Sehingga jadi konflik dimana-mana, kenapa nggak dari
dulu aja??
Rakyat sudah terbiasa dimanjain, apa-apa subsidi, apa-apa
bantuan. Mereka uda kayak gk bisa hidup lagi tanpa ada subsidi dari pemerintah,
padahal tau nggak semakin mereka mau dapet subsidi itu artinya semakin mereka
membatasi kapasitas diri mereka untuk lebih lagi. Coba deh jangan pake
mentalitas miskin, mereka bisa kok, mereka mampu kok sebenarnya, hanya saja
menurut saya malasnya uda terpelihara, uda berakar dalam daging.
Usaha, kerja keras, gk aka nada hasil yang rugi kok.
Coba deh banyangin yah, saya lahir tahun 1992, semenjak saya
lahir, semenjak saya tau dunia ini, yang saya tau BBM itu uda di subsidi.
Bensin di subsidi, minyak tanah apalagi. Harga minyak tanah turun jauh dari
harga aslinya, hamper 90% harga minyak tanah disubsidi oleh pemerintah. Coba
pikir apa minyak tanah hanya di pake oleh masyarakat kecil? NGGAK!!! Mlahan NGGAK
SAMPE 50% DARI TOTAL MASYARAKAT KECIL YANG MENGGUNAKAN MINYAK TANAH, karena
mereka menggunakan kayu bakar. Sebagian besar dipakai oleh orang-orang yang
tergolong mampu membeli minyak tanah tanpa subsidi dari pemerintah. Rakyat
kecil tidak menikmati seutuhnya apa yang disubsidikan oleh pemerintah. Sebagia
besar dinikmati oleh orang-orang yang bisa dibilang orang kaya. NAH apa lagi
bensin, yang jadi permasalahan saat ini. SEBAGIAN BESAR BENSIN BERSUBSIDI DI
NIKMATI OLEH MEREKA YANG MEMILIKI MOBIL PRIBADI/PLAT HITAM, ALIAS ORANG KAYA!!
Pas BBM naik, yang demo, yang bantah adalah masyarakat kecil, yang kaya
diam-diam aja tuh dirumah, krna menurut mereka, BBM naik gk papa lah, BBM
gitu-gitu aja, yah syukur.
Coba hitung dari dulu, uda berapa banyak uang Negara dipake
untuk subsidi BBM?? Sehingga utang Negara semakin hari semakin membengkak.
Perhatikan Negara kita ini yang dari dulu nggak pernah dewasa, bayi terus,
merangkak terus, nggak pernah mandiri, nggak bisa berdiri diatas kaki sendiri.
Kapan majunya, kapan berkembangnya, padahal Indonesia Negara yang paya. Coba
setiap dari kita buka paradikma kita, kembangkan apa yang perlu di kembangkan,
kalukan apa yang perlu dilakukan, jangan berharap yang instan-instan!!
Uang subsidi ada baiknya digunakan untuk melunasi hutang
Negara yang semakin hari semakin berkembang bunganya. Uang subsidi bisa juga di
pake buat modal usaha rakyat kecil, sehingga mengalirnya uang lebih terarah,
lebih terkhususkan untuk rakyat kecil. Sehinga rakyat kecil bisa berkembang,
mampu membeli BBM berapapun harganya. Seperti ada statemen mengatakan “kamu
memberi ikan, kamu memberi ia makan sehari. Tapi ajari ia menangkap ikan, kamu
memberi ia makan seumur hidup”
Sampe kapan Negara mensubsidi rakyat kecil dan “RAKYAT
BESAR”?! Sampe kapan rakyat dimanjain!? Sampe kapan Indonesia begini-begini
aja?! Mari dukung keputusan pemerintah. Semua demi kemajuan Negara kita, dan
kita sendiri.
0 komentar:
Posting Komentar