Bagaikan sebuah tumbuhan yang
hidup di daerah lembab, di paksakan untuk hidup di daerah tropis..
Meskipun sering di sirami
sehingga membuatnya lembab toh pada ujungnya tetap akan kering dan mati perlahan lahan..
Kematiannya pun butuh waktu yang
lama, tersiksa dgn atmosfir panas yang ada di sekitar, meski terkadang terasa
sejuk oleh siraman air yang di berikan, suhu udaranya tak berubah.
Merasakan panas nya udara, tapi
dalam tubuh merasakan dinginnya air yang hanya terbatas, yang akan kering seiring
berjalannya waktu. Di sirami, kering lagi, di sirami lagi, kering lagi…
pertumbuhannya adalah sebuah perjuangan.
Yang seharusnya
ia berbuah pada musimnya, malahan tak menghasilkan buah apa2. Yang ada hanyalah dedaunan yang kecil, layuh, yang lambat laun akan gugur, sampai pada daun terakhir…
ia berbuah pada musimnya, malahan tak menghasilkan buah apa2. Yang ada hanyalah dedaunan yang kecil, layuh, yang lambat laun akan gugur, sampai pada daun terakhir…
Akumencoba untuk tetap bertahan
dengan lingkungan
dan keadaan yang seperti itu, tapi inilah klimaks titik kejenuhanku..
dan keadaan yang seperti itu, tapi inilah klimaks titik kejenuhanku..
Pertengkaran dengan ibuku..
Ketakutan saat aku bersamanya..
Kekawatiran kalau kalau suatu
saat aku akan kehilangan dirimu..
Aktivitas yang begitu padat sehingga menguras seluruh energiku, sedangkan
sebaliknya aku tak dapat mengkonsumsi energi yang lebih untuk tubuhku. Energi
yang masuk tidak sebanding dengan energi yang keluar.
Aku tak dapat hidup dengan
keadaan yang seperti ini, aku tak sanggup lagi, aku tak bisa hidup tanpa orang
tuaku, dan sebaliknya aku tak dapat hidup tanpa dirinya..
Terkadang ada rasa ingin memeluk
ibuku erat, memohon maaf, dan mengatakan betapa aku sangat mengasihinya, tapi
aku terlalu takut kalau nantinya dia menentang hubunganku lagi. “aku tak bisa
tanpanya bu, kumohon”
Aku hanya punya dirimu bu, ku
mohon jangan pertahankan egomu sehingga menjaukan kita. Aku butuh ibu, aku hanya memilikimu, ayah? AKu tak tau ada di mana.
Aku selalu tertekan dengan semua
ini.
Sekarang aku benar2 merasa
sendiri, tak bertegur sapa lagi dengan ibuku.
Seandainya mereka tau
seberapa
inginnya aku untuk mengakhiri semua kesalah pahaman ini.
Tinggal seatap, serumah, tapi
tak dapat bertegur sapa.
Dia yang ku butuhkan pun jauh, ingin
rasanya menyerah, tapi nanti apa jadinya aku.
Aku bisa, yah bisa,, tapi
mungkin akan seperti pohon itu,,,, 4 minggu sudah berlalu dan aku masih seperti
ini, bagaikan pohon yang tumbuh di daerah lembab tapi dipaksakan hidup di daerahtropis.
Ada saatnya aku akan pergi..
Aku tahu ada Tuhan..
Aku thau aku tak seharusnya
seperti ini. Tapi entah kenapa aku tak mau beruba, aku tak mau bangkit, seolah-olah tulangku patah semua, sehingga aku tak mampu berdiri lagi.
Orang-orang yang ku butuhkan
semua pergi entah kemana.
Pertengkaran yang akhir-akhir ini
semakin sering terjadi, memperjelas bahwa semua tidak sedang baik-baik saja, salah
satu dari kita mulai capek, mulai jenuh, mulai tak tahan lagi, atau mungkin
mulai timbul rasa ingin menyerah. Hal ini semakin menekan kami, sehingga kami mulai sensitive. Hal hal kecil membuat kami salah paham dan akhirnya saling
diam.
Aku tak mau lagi,, aku mau
pergi,,
Tapi lagi-lagi kalian, kalian yang
aku sayang menjadi motivasi aku bertahan. tak mampu aku meninggalkan kalian,
karna jika aku pergi, tanggisan darah kalian pun tak dapat mengembalikan aku.
Dan aku hanya dapat menangis
sambil melihat kalian dari kejauhan sana.
0 komentar:
Posting Komentar